Dengan dinding yang terang putih dan hitam kubah megah, mesjid agung
130-tahun adalah situs megah. Di sinilah ratusan orang mengungsi selama
tsunami 204 yang meratakan sebagian besar lanskap kota. Tsunami begitu
merusak, itu dibongkar setiap struktur, lama dan baru, di sepanjang
jalan membengkak robek. Ini adalah fakta yang memberikan makna penting
bagi Masjid Agung Baiturrahman di kota Banda Aceh. Hal
ini lebih dari sekedar sebuah karya arsitektur Islam di negara ini,
kelangsungan hidup dari tsunami dipandang oleh banyak penduduk sebagai
intervensi langsung dari Tuhan.
Kerajaan Kitab Suci mengatakan bahwa masjid itu pertama kali dibangun
dari kayu pada tahun 1612 di bawah pemerintahan Sultan Iskandar
Muda. Beberapa mengatakan bahwa itu dibangun lebih awal pada tahun 1292
oleh Sultan Alaidin Mahmudsyah. Selama perang Aceh pada 1873, masjid ini
dibakar ke tanah. Menyadari nilai dan arti pentingnya bagi rakyat Aceh,
pada tahun 1879, Mayor Jenderal Vander bertindak sebagai jenderal
militer saat ini, dibangun kembali masjid seperti yang pernah dijanjikan
oleh Gubernur Jenderal Van Lansberge tahun 1877. Dua kubah lebih yang
ditambahkan oleh Belanda pada tahun 1936 dan dua lagi oleh pemerintah
Indonesia pada tahun 1957.
Akses:
Masjid Agung Baiturrahman terletak di tengah kota Banda Aceh. Ditandai
dengan 35 meter menara, 7 kubah megah dan 7 menara, yang Baiturrahman
mungkin adalah prototipe untuk banyak masjid di Indonesia dan
semenanjung Malaysia, menggantikan masjid beratap gaya berlapis.
Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Republik Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar